Our Feeds

Flickr

Blogger news

Selasa, 18 November 2014

Tofik Nurochman

Cerpen hijrah




            Jam alarm terus berdentang mengusik kesunyian pagi di selah-selah tidurku, betley dubs nada alarm yang terpasang pada handphone ku terus berdering nyaring seprti layaknya memberitahu bahwa peradaban dunia malam telah berakhir. Sekitar setengah jam berlalu alarm pada handphone terus berbunyi berharap ada yang mematikanya, ku terbangun merasa seperti ada yang mengusik tidur indah ku, terdengar bising-bising
samar yang begitu nyaring yang membuat ku merasa jengkel selepas bangun tidur, terlihat jam di handphone masih menunjukan jam 5 pagi ku matikan alarm dan mencoba untuk tidur lagi, tak lama kemudian terdengar teriakan dari luar kamar “ bangun man udah siang, sholat shubuh dulu” kata ibu ku berusaha untuk membangunkan dan mengingatkan ku untuk sholat shubuh.
“Iya bu.. sebentar lagi “ jawab ku dengan nada-nada masih ngantuk
Aku pun tidur lagi tanpa menghiraukan perintah dari ibu untuk sholat. dengan entengnya ku meninggalkan sholat tanpa merasa berdosa pada alloh SWT yang telah menciptakan kita dan tanpa merasa bersalah pada ibu yang telah mengingatkan ku untuk mendirikan sholat seperti hari-hari biasanya dalam kehidupanku ini jarang mendirikan sholat
Ibu pun terus meneruskan aktivisas seperti biasanya di pagi hari dan mengira kalau aku sudah bangun dan mendirikan sholat, sementara aku tetap tidur menikmati indahnya tidur pagi dengan berselimut tebal yang menambah kenikmatan dalam tidur yang mengusir dinginya pagi itu.
“Kuuuukuluruuuuk   petok,  petok “
 suara ayam begitu nyaring yang bertanggar di pagar samping kamarku mengagetkan ku yang sedang tidur dalam balutan selimut tebal hingga ku terbangun dengan raut muka yang menaruh benci pada ayam yang telah mengganggu tidur ku.
Ku lihat jam di handphone telah menunjukan jam 6 pagi, ku mencoba bangkit dari tempat tidur ku dan berusaha membuka jendela kamar, sinar matahari langsung menerpa tubuh ku, menyilaukan mata ini begitu ku buka jendela kamar yang kebetulan menghadap ke arah timur ke arah matahari ketika terbit. Nafas panjang ku ambil dan ku keluarkan berkali-kali menikmati segarnya udara pagi yang beranjak siang itu.
“pagi yang suram” gumanku dalam hati, pagi itu memang tak secerah biasanya di tambah lagi burung-burung bertengger di pohon mangga berkicau dengan aneh seperti mengejek dengan memasang muka sinis menatap ke arahku.
            Pagi inilah awal hidupku menyambut liburan panjang setelah berkeluh kesah mnghadapi ujian nasional, ujian yang membuat semua orang kepalanya hampir meledak. Senyum manis bernaung dalam raut wajahku menghiasi pagi menyambut libur panjang yang sudah menghadang di depan mata. Terus tersenyum melamunkan hal-hal yang kan mengisi libur panjang ku, banyak hal-hal indah tergambar dalam benak ku “ this times to enjoy my life” kata ku dengan penuh kesenangan layaknya burung merpati mendapatkan cintanya yang kan terbang tinggi bersama mengepahkan sayapnya tuk memadu kasih penuh kegembiraan bersama pasanganya.
“ mann....  jangan di kamar terus, bantu bapak tu di depan” teriakan ibu dari dapur dengan nada penuh memelas yang membuyarkan lamunanku.
“Iya bu nanti aku bantu “  jawabku sembari meninggalkan kamar yang masih antah brantah berantakan seperti kandang sapi milik bapak ku. Memang pada dasarnya ku tak pernah merapikan tempat tidurku, ibu lah yang selalu merapikanya usai memasak di dapur dia beranjak ke kamarku dengan penuh sabar dan iklas tanpa rasa lelah merapikan tempat tidur ku, sering kali ibu memperingatkan ku tuk merapikanya tapi tak pernah ku hiraukan, tak pernah ku jalankan. “ngapain di rapikan kan masih ada ibu yang bisa merapikan” guman ku sambil terus melangkah menjauhi kamar.
waktu terus berjalan meninggalkan masa lalu dan terus berjalan menyongsong waktu yang kan datang. Senyum penuh kebahagiaan terus bernaung di wajah ku melewati libur panjang yang penuh euforia kesenangan itu. Hari-hari ku jalani dengan hura-hura, tanpa terpikirkan untuk membantu orang tua, hanya bermainlah yang terus mengisi hari-hari ku, kehidupan menyenangkan terus membalut rapat dalam hidup ini, banyak kesenangan menerpa hidupku foya-foya, hura-hura terus melebur membuai hidup ini. “this lives what i want” teriak ku sambil meneguk alkohol yang yang ku nikmati bersama teman-teman ku di kesunyian malam yang dingin itu.
“Hidup ini indah broo, ngapain di bikin susah” teriak temanku yang setengah nggak waras karena kebanyakan minum alkohol. Kebahagiaan terus berrlarut membuai hidupku

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »